Just be yourself

Jadilah dirimu sendiri, sebaik-baiknya DIRIMU!!

Minggu, 22 Maret 2015

Menikmati Weekend

Setelah kembali kerja kurang lebih 2 minggu ini, setiap ketemu weekend rasanyaaa ituuuu Alhamdulillah banget^^
Kepenatan selama 5 hari di kantor (walaupun belum terlalu aktif tapi kadang ada rasa bosan juga) bisa terbayarkan dengan menikmati weekend yang sudah dikasi Allah.
Tentunya ngga cuma pikiran aja yg direfresh tapi juga ruhiyah/keimanan kita yang kadang naik kadang turun. Terlalu fokus bekerja kadang membuat kita menomorduakan Allah. Sholat di akhir waktu, tidak sempat tilawah, jadi jarang berzikir dll.
Padahal yang kasi kerjaan kan Allah!  kenapa jadi lupa bersyukur? Seolah-olah pekerjaan yang kita dapat itu cuma dari usaha kita sendiri. Astaghfirullah.

"Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?"  (QS. Ar-Rahman:13)

Untuk itulah kita perlu me-refresh ruhiyah kita, dan lebih bagus lagi jika dilakukan setiap hari. Supaya kita sadar diri kalau semua yang kita punya, yang kita dapat, itu nikmat dari Allah.

Alhamdulillah weekend kali ini bisa menyegarkan keduanya :)

*reminder untuk diri sendiri yang kadang tanpa sadar masih saja menduakan Allah

19:35pm
:dan semoga kelelahan ini bernilai ibadah dimata Allah..Aamiin..:

Rabu, 28 Januari 2015

Real Love Starts After Nikah

Bismillah


OK! sekarang mau posting dari IG lagi (afwan soalnya banyak akun yg bagus-bagus sih ^.^). Kali ini dari akun @muslimspouses, yang isinya lebih banyak tentang seputar pernikahan, nasehat untuk suami-istri dll, yang mau follow/stalking langsung saja ke tkp :). Judul diatas saya ambil dari biografinya yaitu 'Real Love start After Nikah'. Ceritanya lumayang panjang dan berbahasa inggris tapi Insyaallah sangat menginspirasi.

Rabu, 21 Januari 2015

Dear Malam

Bismillah..


 source : klik disini

Karena lagi insomnia akut, dan bingung mau ngapain jadi kali ini mau posting tulisannya Ummu Balqis atau yang biasa dipanggil mommy oleh followersnya di instagram. Mommy ini seorang istri, ibu, mahasiswi, designer, edupreneur, hmm apalagi ya..langsung aja deh follow instagramnya di @babyhijaber InsyaAllah ga bakalan nyesal, banyak tulisan-tulisannya mommy yang bermanfaat dan yang saya suka tulisannya tidak menggurui.

Kamis, 08 Januari 2015

Merajut Benang Kesabaran

Bismillah…

 
source : klik disini

Mungkin pernah kita bertekad untuk bersabar menghadapi sesuatu tapi dengan mudahnya juga kita menghancurkan tekad itu. Bersabar memang susah dilaksanakan jika tidak ada tekad kuat untuk melakukannya. 
 
Bersabar dalam hal-hal kecil pun, terkadang susah kita lakukan.
Seperti sekarang ini, ketika pengumuman cpns belum juga ada kabarnya yang harus saya lakukan memang hanya bersabar. Susah?? Iya , tapi tidak ada yang bisa saya lakukan selain bersabar.
Beberapa hari yang lalu, ketika tilawah saya menemukan firman Allah yang menyejukkan hati, pas dengan kondisi saya saat ini 


“…Dan bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.” (QS. Az-Zumar : 10)

Jadi paham kenapa sabar itu susah?? Ya karena hadiahnya ngga main-main. Pahala tanpa batas?? Siapa yang ngga mau. 

Kata-kata dari Dr. ‘Aidh al-Qarni dibawah, mungkin bisa membuat kita tambah bersemangat untuk bersabar, tidak hanya untuk masalah yang kita hadapi tetapi juga hal-hal kecil disekitar kita.

Bersabarlah karena Allah! Dan sebaiknya anda bersabar sebagaimana kesabaran orang yang yakin akan datangnya kemudahan, mengetahui tempat kembali yang baik, mengharap pahala, dan senang mengingkari kejahatan. Seberapa pun besar permasalahan yang anda hadapi, tetaplah bersabar. Karena kemenangan itu sesungguhnya akan datang bersama dengan kesabaran. Jalan keluar datang bersama kesulitan. Dan, dalam setiap kesulitan ada kemudahan.”

Merajut benang-benang kesabaran memang tidak langsung selesai  menjadi apa yang kita inginkan, tetapi butuh waktu setiap hari untuk merajutnya. Dan percayalah akan janji Allah, semua akan terbayar dan kita bisa puas tersenyum merasakannya. Merasakan pahala yang tidak terbatas.



08.01.15
04:08pm
:bersabarlah!:




Senin, 05 Januari 2015

HELLO 2015

Bismillah...


 source : klik disini


Hello 2015.. Time flies so fast..  

Apa kabar ini blog? sudah setahun ngga pernah diisi, banyak sarang laba-labanya :). Tahun 2014 kemarin ngga tau kenapa mood untuk nulis susah banget untuk didapat, padahal udah banyak kata-kata di kepala tapi ujung-ujungnya juga ngga jadi di 'keluarin'. Mau nulis di Diari juga malas.  Jadinya iseng ubah-ubah template blog, awalnya sih pengen nulis sesuatu tapi kok malas banget malah mengorbankan si 'Lentera' --'' , dibongkar sana sini, akhirnya dapat juga yang pas walaupun yang ini 'agak' rame :).

Belakangan ini baru nyadar, sepertinya malas nulis ini karena sedikit baca buku. Bisa dihitung sih selama 2014 cuma baca beberapa buku (gara-gara ketagihan main instagram nih ^.^). Kesimpulan ini juga didapat dari Blognya mba Himsa/azaleav, di salah satu postingannya mba Himsa menulis :
Hari ini, jadwalnya saya post tulisan baru di blog. Tapi karena beberapa hari terakhir menulis terus tanpa asupan gizi tinta, akhirnya teko imajinasi saya kosong. Ya, bagiku, menulis adalah semacam menuangkan isi teko. Teko, adalah ibarat otak dan hati kita yang diisi berbagai jenis ilmu, mulai dari bacaan, kepekaan pada lingkungan, bepergian, hikmah film, kejadian, cerita sahabat, dan lain-lain. Dan menulis, adalah menuangkan semua itu ke dalam gelas-gelas untuk dibagi kepada orang banyak, agar isi teko itu tidak meluber.
Sampai detik saya mengetik ini, saya punya dua cerpen yang sudah jadi malam ini. Tapi entahlah, rasanya ada yang kurang sehingga bagi saya cerpen itu belum layak baca. Ada yang kurang. Dan saya tahu, sudah lima hari ini saya belum baca buku lagi. Begitulah, menulis tanpa membaca adalah seperti mau sms tapi tidak punya pulsa. Ada yang mau disampaikan tapi tidak sampai.

Duh.. sewaktu saya baca langsung 'jleb' banget, ya walaupun yang kutuliskan di blog ini hanya hal-hal kecil atau kisah-kisah dari buku tapi ada rasa 'kelegaan' seperti sedang menasehati diri sendiri
.
Dan to do list di tahun 2015 ini harus bertekad bisa baca buku yang lebih banyak, lebih rajin nulis di Diari dan di Blog. 

Ayoo Semangatt jadikan tahun ini, Tahun Membaca dan Menulis (slogan untuk diri sendiri) ^.^



01:20am
:a New Hope:







Rabu, 04 Desember 2013

Sajak Desember

Kalo di postingan beberapa hari yang lalu ada sajak september, sekarang saya akan posting sajak desember mengawali desember ceria kali ini, puisi ini ditulis oleh Sapardi Djoko Damono.

SAJAK DESEMBER

kutanggalkan mantel serta topiku yang tua
ketika daun penanggalan gugur:
lewat tengah malam. Kemudian kuhitung
hutang-hutangku pada-Mu

mendadak terasa: betapa miskinnya diriku;
di luar hujan pun masih kudengar
dari celah-celah jendela. Ada yang terbaring
di kursi, letih sekali

masih patutkah kuhitung segala milikku
selembar celana dan selembar baju
ketika kusebut berulang nama-Mu:taram-
temaram bayang bianglala itu

(1961)


disela-sela derasnya hujan malam ini, izinkan kami bersyukur pada-Mu ya Robbi.. Allahumma Shayyiban Naafi'a

9:02pm
:pantaskah kita tidak bersyukur, setelah apa yang diberikan Allah pada kita?:

Sabtu, 30 November 2013

Mencintai Penanda Dosa

Bismillah..

cerita dibawah saya kutip dari buku Salim A. Fillah yang berjudul "Menyimak Kicau Merajut Makna". Buku ini isinya tentang kumpulan twett akun @salimafillah, karena isinya beda-beda kisah saya bacanya secara acak dan seorang adik menyuruh saya baca kisah yang berjudul "Mencintai Penanda Dosa". Jujur, setelah saya baca kisah ini saya masih tidak percaya kalo hal itu benar-benar terjadi tapi saya sadar hal-hal itu bisa terjadi pada siapa saja dan ini nyata, sungguh syaitan sangat ahli dan tidak 'pandang bulu' untuk menjerumuskan manusia dalam kemaksiatan. Saya termenung lamaaaa sekali dan beristighfar berulang kali setelah baca kisah ini, semoga ini jadi pelajaran bagi kita semua dan bisa menjaga diri dengan baik terutama untuk diri saya sendiri.

Kisah ini saya persingkat karena terlalu panjang jika dituliskan dalam blog, yang ingin baca lengkap ceritanya silahkan baca bukunya ^.^

>> Kini izinkan saya bercerita tentang seorang wanita yang selalu mengatakan bahwa dirinya jiwa pendosa. Kita mahfum, bahwa tiap pendosa yang bertaubat, berhijrah, dan berupaya memperbaiki diri, umumnya tersuasanakan untuk membenci apa-apa yang terkait  dengan masa lalunya. Hatinya tertuntun untuk tak suka pada tiap hal yang berhubungan dengan dosanya. Tetapi bagaimana jika ujian berikut setelah taubat adalah untuk mencintai penanda dosanya? Dan wanita dengan jubah panjang dan jilbab lebar warna ungu itu memang berjuang untuk mencintai penanda dosanya.

"saya hanya ingin berbagi dan mohon doa agar dikuatkan," ujarnya saat kami bertemu di suatu kota selepas sebuah acara yang menghadirkan saya sebagai penyampai madah. Didampingi ibunda dan adik lelakinya, dia mengisahkan lika-liku hidup yang mengharu-birukan hati. Meski sesekali menyeka wajah dan mata dengan sapu tangan, saya insyaf, dia jauh lebih tangguh dari saya. "Ah, surga masih jauh."

Kisahnya dimulai dengan cerita indah di semester akhir kuliah. Dia Muslimah yang taat, aktivis dakwah yang tangguh, akhwat yang jadi teladan di kampus, dan penuh dengan prestasi yang menyemangati rekan-rekan. Kesyukurannya makin lengkap tatkala prosesnya untuk menikah lancar dan mudah. Dia tinggal menghitung hari. Detik demi detik serasa menyusupkan bahagia di napasnya. Ikhwan itu, sang calon suami, seorang lelaki yang mungkin jadi dambaan semua sebayanya. Dia berasal dari keluarga tokoh terpandang kaya raya, tapi jelas tak manja. Dikenal juga sebagai "pembesar" di kalangan para aktivis, usaha yang dirintisnya sendiri sejak kuliah telah mengentas banyak kawan; sungguh membanggakan. Awal-awal, si Muslimah yang berasal dari keluarga biasa, seadanya dan bersahaja itu tak percaya diri. Tetapi niat baik dari masing-masing pihak mengatasi semuanya.

Hari akad dan walimah itu tinggal tujuh hari menjelang, ketika sang ikhwan dengan mobil barunya datang kerumah yang dikontraknya bersama akhwat-akhwat lain. Sang muslimah agak terkejut ketika si calon suami tampak sendiri. Ya, hari itu mereka berencana meninjau rumah calon tempat tinggal yang akan mereka surgakan bersama. Angkahnya, ibunda si lelaki dan adik perempuannya akan beserta agar batas syariat tetap terjaga.

"Afwan ukhti, ibu dan adik tidak jadi ikut karena mendadak uwak masuk ICU tersebab serangan jantung,: ujar ikhwan berpenampilan eksekutif muda itu dengan wajah sesal dan merasa bersalah. "Afwan juga, adakah beberapa akhwat teman Anti yag bisa mendampingi agar rencana hari ini tetap berjalan?". "Sayangnya tidak ada. Afwan, semua sedang ada acara dan keperluan lain. Bisakah ditunda?". "Masalahnya besok saya harus berangkat keluar kota untuk beberapa hari. Sepertinya tak ada waktu lagi. Bagaimana?"

Akhirnya dengan memaksa dan membujuk , salah seorang kawan kontrakan sang Ukhti berkenan menemani mereka. Tetapi bi idznillaah, di tengah jalan sang teman ditelepon rekan lain untuk suatu keperluan yang katanya gawat darurat. "Saya menyesal membiarkannya turun di tengah perjalanan," kata Muslimah itu pada saya dengan sedikit isak. "Meskipun kami jaga sebaik-baiknya dengan dengan duduk beda baris, dia di depan dan saya di belakang, saya insyaf, itu awal semua petakanya. Kami terlalu memudah-mudahkan. Astaghfirullah."

Ringkas cerita, mereka akhirnya harus berdua saja meninjau rumah baru tempat kelak surga cinta itu akan di bangun. Rumah itu tak besar. Tetapi asri dan nyaman. Tidak megah. Tetapi anggun dan teduh. Saat sang Muslimah pamit ke kamar mandi untuk hajatnya, dengan bantuan seekor kecoa yang membuatnya berteriak ketakutan, syaitan bekerja dengan kelihaian menakjubkan. "Di rumah yang seharusnya kami bangun surga dalam ridha-Nya, kami jatuh terjerembab ke neraka. Kami melakukan dosa besar terlaknat itu," dia tersedu. Saya tak tega memangdang dia dan sang ibunda yang menggugu. Saya alihkan mata saya pada adik lelakinya di sebalik pintu. Dia tampak menimang seorang anak perempuan kecil.

"Kisahnya tak berhenti sampai disitu,"lanjutnya setelah agak tenang. "Pulang dari sana, kami berada dalam gejolak rasa yang sungguh menyiksa. Kami marah. Marah pada diri kami. Marah pada adik dan ibu. Marah pada kawan yang memaksa turun di jalan. Marah pada kecoa itu. Kami kalut. Kami sedih. Merasa kotor. Merasa jijik. Saya ters menangis di jok belakang. Dia menyetir dengan galau. Sesal itu menyakitkan sekali. Kami kacau. Kami merasa hancur." Dan kecelakaan itu pun terjadi. Mobil mereka menghantam truk pengangkut kayu di tikungan. Tepat sepekan sebelum pernikahan.

"Setelah hampir empat bulan koma,"sambungnya,"akhirnya saya sadar. Pemulihan yang sungguh memakan waktu itu diperberat oleh kabar yang awalnya saya bingung harus mengucap apa. Saya hamil. Saya mengandung. Perzinaan terdosa itu membuahkan karunia." Saya takjub pada pilihan katanya. Dia menyebutnya "karunia". Sungguh tak mudah untuk mengucap itu bagi orang yang terluka oleh dosa. 

"Yang lebih membuat saya merasa langit runtuh dan bumi menghimpit adalah,"katanya terisak lagi,"ternyata calon suami saya, ayah dari anak saya, meninggal di tempat dalam kecelakaan itu."

"Subhanallah." saya memekik pelan dengan hati menjerit. Saya pandangi gadis kecil yang kini digendong oleh sang paman itu. Engkau rupanya Nak, penanda dosa yang harus dicintai itu. Engkau rupanya Nak, karunia yang menyertai kekhilafan orangtuamu. Engkaulah rupanya Nak, ujian yang datang setelah ujian. Seperti perut ikan yang menelan Yunus setelah dia sabar menyeru kaumnya.

"Doakan saya kuat Ustadz," ujarnya. Tiba-tiba, panggilan "Ustadz" itu terasa menyengat saya. Sergapan rasa tak pantas serasa melumuri seluruh tubuh. Bagaimana saya akan berkata-kata di hadapan seseorang yang begitu tegar menanggung semua derita, bahkan ketika keluarga almarhum calon suaminya mencampakkannya begitu rupa. Saya masih bingung alangkah teganya mereka, keluarga yang konon kaya dan terhormat mengatakan: "Bagaimana kami bisa percaya bahwa itu cucu kami dan bukan hasil ketaksenonohanmu dengan pria lain yang membuat putra kami tersayang meninggal karena frustasi?"

"Doakan saya Ustadz,"kembali dia menyentak. "Semoga keteguhan dan kesabaran saya atas ujian ini tak berubah menjadi kekerasan hati dan tak tahu malu. Dan semoga sesal dan taubat ini tak menghalangi saya dari mencintai anak itu sepenuh hati." Aduhai, surga masih jauh. Bahkan pinta doanya pun menakjubkan.

Allah sayangilah jiwa-jiwa pendosa yang memperbaiki diri dengan sepenuh hati. Allah, jadikan wanita ini semulia Maryam. Cuci dia dari dosa-dosa masa lalu dengan kesabarannya meniti hari-hari bersama sang buah hati. Allah, balasi tiap kegigihannya mencintai penanda dosa dengan kemuliaan di sisi-Mu dan di sisi orang-orang beriman. Allah, sebab ayahnya telah Kau-panggil, kami titipkan anak manis dan shalihah ini ke dalam pengasuhan-Mu Yang Maha Rahman dan Rahim.

Allah, jangan pula izinkan hati kami sesedikit apa pun menghina jiwa-jiwa pendosa. Sebab ada kata-kata Imam Ahmad ibn Hanbal dalam Kitab Az-Zuhud yang selalu menginsyafkan kami. "Sejak dulu kami menyepakati," tulis beliau,"bahwa jika seseorang menghina saudara mukminnya atas suatu dosa, dia takkan mati sampai Allah mengujinya dengan dosa yang semisal dengannya." Semoga ada pelajarean yang bisa kita ambil dari kisah ini. Dan mohonlah kepada Allah agar senantiasa mengistiqamahkan hati kita dalam meniti jalan-Nya hingga saat Ia menjemput kita tiada kata penutup selain satu kalimat tauhid, Laa Ilaaha illallaah. Amin.

-Salim A. Fillah dalam buku Menyimak Kicau Merajut Makna-

*saya yakin, muslimah tersebut tidak bermaksud untuk mengumbarkan aibnya tapi untuk mengingatkan kita untuk selalu berhati-hati dalam menjaga diri dan tidak memudah-mudahkan sesuatu. Semoga Allah merahmatinya dan juga putri kecilnya. Dan semoga kita selalu dalam lindungan Allah dan dijauhkan dari godaan syaitan yang terkutuk, Amin. "Ah, surga masih jauh."


09:29pm
:hikmah akhir november: