Just be yourself

Jadilah dirimu sendiri, sebaik-baiknya DIRIMU!!

Senin, 26 November 2012

Jembatan Zaman


Bertambahnya usia bukan berarti kita paham segalanya.

Pohon besar tumbuh mendekati langit dan menjauhi tanah. Ia merasa telah melihat segala dari ketinggiannya. Namun, masih ingatkah ia dengan sepetak tanah mungil waktu masih kerdil dulu? Masih pahamkah ia akan semesta kecil ketika semut serdadu bagaikan kereta raksasa dan setetes embun seolah bola kaca dari Surga, tatkala ia tak peduli akan pola awan di langit dan tak kenal tiang listrik?

Waktu kecil dulu, kupu-kupu masih sering hinggap di pucuknya. Kini, burung besar bahkan bersangkar di ketiaknya, kawanan kelelawar menggantungi buahnya. Namun, jangan sekali-kali ia merendahkan kupu-kupu yang hanya menggeliat di tapaknya, karena mendengar bahasanya pun ia tak mampu lagi.

Setiap jenjang memiliki dunia sendiri, yang selalu dilupakan ketika umur bertambah tinggi. Tak bisa kembali ke kacamata yang sama, bukan berarti kita lebih mengerti dari yang semula. Rambut putih tak menjadikan kita manusia yang segala tahu.

Dapatkah kita kembali mengerti apa yang ditertawakan bocah kecil, atau yang digejolakkan anak belasan tahun seiring dengan kecepatan zaman yang melesat meninggalkan? Karena kita tumbuh ke atas, tapi masih dalam petak yang sama. Akar kita tumbuh ke dalam dan tak bisa terlalu jauh ke samping. Selalu tercipta kutub-kutub pemahaman yang tak akan bertemu kalau tidak dijembatani.

Jembatan yang rendah hati, bukan kesombongan diri.

-  Dewi ‘Dee’ Lestari -



09:34pm 
:sudah mencapai umur segini pun, masih banyak yg belum saya mengerti:

Kamis, 15 November 2012

Kenapa Harus Takut?

Kenapa harus takut jika yang kita lakukan itu untuk kebaikan.

Terkadang saya merasa “setengah-setengah” untuk melakukan kebaikan. Seperti ketika saya ingin memberikan sebuah buku ke adik pemulung yang ada di fakultas, niat saya sudah ‘bulat’ ingin memberikannya buku. Tapi sewaktu adik itu semakin dekat saya jadi ragu lagi, berikan atau tidak. Saya melihat sekeliling, orang-orang lagi ramai-ramainya duduk di lego-lego.

Akhirnya adik itu sudah sampai di dekat saya, dia mengais-ngais tempat sampah yang ada disamping lego-lego yang saya duduki. Dan adik itu berlalu begitu saja, meninggalkan saya yang dari tadi masih ragu untuk memberikannya buku. Ada rasa takut yang membuat keraguan saya semakin besar.

Kejadian ini bukan pertama kalinya, tapi sudah sering saya alami. Saya selalu merasa takut.

Setelah dipikir-pikir, sebenarnya saya takut terhadap apa? Toh, yang mau saya lakukan ini bermanfaat dan mendatangkan pahala. Ternyata saya takut pada pandangan orang-orang disekitar saya. Saya takut dianggap sok baik, saya takut dianggap ‘pamer’ kebaikan dan berbagai alasan yang membuat saya takut.

Astaghfirullah.. ternyata saya lebih mengkhawatirkan prasangka orang lain dari pada prasangka Allah sendiri. Sepertinya selama ini saya masih belum ikhlas, masih ada prasangka-prasangka yang masih berkeliaran di hati saya.

Tidak! Barang siapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak berserah hati. [Q.S Al-Baqarah : 112]

Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (kenikmatan melihat Allah). Dan wajah mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) dalam kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. [Q.S Yunus : 26]

Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan. [Q.S Hud : 115]
 Sumber : klik disini


Bismillah.. semoga kita tidak lagi takut untuk berbuat kebaikan, masih banyak orang di luar sana yang menantikan uluran tangan kita. Selamat berbuat kebaikan.
Semoga tulisan ini bermanfaat.


12:47am
: 2 Muharram 1434 H: