Just be yourself

Jadilah dirimu sendiri, sebaik-baiknya DIRIMU!!

Minggu, 30 September 2012

Suatu hari nanti....


 Gedung Sate, Bandung, 27 April 2011 
 Bedugul, Bali, 01 Mei 2011

Suatu hari nanti saya ingin kembali ke 2 tempat diatas, Bandung dan Bedugul (Bali).



Sewaktu edutrip tahun 2011 yang lalu, 2 tempat ini yang paling berkesan dibandingkan tempat-tempat lain.



Bandung : entah kenapa tiba-tiba tempat ini langsung membuat saya tertarik tanpa ada alasan lain. Seperti kata mba Tia Setiawati Priatna,



Terkadang cinta bukanlah tentang selera namun tentang hatimu yang terpaut hatinya: tiba-tiba, tanpa ada rencana



Bedugul, Bali : suasanya yang sejuk, danau yang ada diatas bukit dan yang paling saya suka sewaktu naik speedboat berkeliling Danau Beratan dan melihat pura yang ada di uang Rp 50.000.



Insyaallah Suatu hari nanti..., jika punya  rezki yang banyak, saya ingin kembali ke 2 tempat diatas, entah itu dengan kedua orang tua saya, dengan kakak, adik, sahabat atau dengan seseorang yang akan menjadi anak laki-laki ketiga mama saya (mungkin!)



 -Di penghujung september, 10:28am-


Minggu, 16 September 2012

12 Tahun setelah kau pergi..


Hari ini 16 September 2012, tepat 12 tahun kau pergi..

Hari itu hari Sabtu tanggal 16 September 2000, 2 minggu sebelum kau berulang tahun ke-17 , kau pergi meninggalkanku…
Hari itu yang aku ingat orang-orang berwajah cahaya itu mencium keningmu sebagai tanda perpisahan.
Hari itu yang aku ingat banyak orang-orang yang berseragam pramuka,, yah mereka semua teman-temanmu.
Teman-temanmu di kelas 3 SMK Negeri 4 Balikpapan jurusan perhotelan.
Dan hari itu aku masih berusia 9 tahun dan belum mengerti apa itu kehilangan.

Ka’ hari ini tepat 12 tahun setelah kau pergi..
aku ingin cerita tentang keluarga kita

Ka’ setahun setelah kau pergi,, mama hamil dan melahirkan penggantimu tapi dia perempuan
namanya Nurul Hikmah sekarang dia kelas 6 SD

Mama sama Bapak Alhamdulillah sehat-sehat semua,, walaupun bapak masih kerja di lokasi dan pulang 2 minggu sekali

Ka’ Tamsil sekarang umurnya sudah 31 tahun tapi sampai sekarang dia belum menikah, moga aja dia cepat dapat jodoh..

Ka’ sekarang banyak anak kecil di dekat rumah..
Ada nayla sm naufal (anaknya mba wiyah), raka sama rasya (anaknya ka’ herul), arini sama cintia (anaknya ka’ isna),, 

Ka’ sekarang umurku 21 tahun dan aku sudah berjilbab (insyaallah sudah syar’i, kakak pasti senang) oia, insyaallah tahun depan kalo nda ada halangan aku udah lulus kuliah jadi SKM (Sarjana Kesehatan Masyarakat)

Ka’ tau tidak? Sahabat-sahabatmu waktu SMK, tahun lalu datang ke rumah. Katanya ka’ Tamsil mereka mau ziarah ke makammu. 

Ka’ sampai sekarang aku, bapak, mama sama ka’tamsil bahkan sahabat-sahabatmu tidak akan pernah melupakanmu.

Kau selalu ada di hati-hati kami..

Dedi Dermawan
(01 Oktober 1983 - 16 September 2000)


08:54pm
:ketika kenangan itu datang dan berbuah kerinduan:

Senin, 10 September 2012

Belajar Bertobat dari Tsa’labah


Tsa’labah bin Abdurrahman ra selalu membantu Rasulullah saw dalam segala urusan beliau. Suatu hari Rasulullah menyuruhnya ke suatu tempat. Tsa’labah melewati rumah sahabat anshar dan melihat seorang perempuan yang sedang mandi. Ia terpaku cukup lama. Saat tersadar, ia resah khawatir wahyu akan turun kepada Rasulullah terkait perbuatannya.

Ia pun bersembunyi di pegunungan di antara mekah dan madinah selama kurang lebih 40 hari.  Malaikat jibril memberitakan kondisi Tsa’labah. Nabi kemudian memerintahkan Umar bin Khathab dan Salman Al-Farisi untuk menjemput Tsa’labah.

Di pinggiran Madinah, Umar dan Salman bertemu penggembala. Gembala itu berkata, “Sepertinya engkau mencari orang yang sedang lari dari neraka jahannam. Di pengujung malam, ia keluar menemui kami sambil menyimpan tangannya di atas kepala dan berteriak-teriak, Wahai seandainya Engkau mencabut ruhku diantara ruh-ruh itu, jasadku diantara jasad-jasad itu. Mengapa engkau terus memberiku waktu dari kematianku? “ Umar berkata,” Itulah orang yang kami cari.” Singkat cerita, Tsa’labah meminta agar Umar membawanya menemui Rasulullah saat beliau shalat.

Usai shalat, Rasulullah berdiri dan mengguncang-guncangkan tubuh Tsa’labah dan berkata, “Apa yang menyebabkan engkau menghilang dari hadapanku wahai Tsa’labah?” ”Dosaku, ya Rasulullah,”jawab Tsa’labah. Rasulullah pun menunjukkan satu ayat yang dapat menghapuskan dosa, yaitu rabbana aatina fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qina adzaban naar.

Tsa’labah berkata ,”Dosaku sangat besar.” “Kalimat Allah itu lebih besar,” ujar Rasulullah. Beliau lalu menyuruh Tsa’labah pulang. Delapan hari berlalu, Rasulullah bersama Salman menemui Tsa’labah di rumahnya. Karena merasa dirinya dipenuhi dosa, Tsa’labah menjauhkan kepalanya dari pangkungan Rasulullah.

“Apa yang kini engkau rasakan?” Tanya Rasulullah. “Seperti gigitan semut pada tulang, daging dan kulitku,” jawab Tsa’labah. Rasulullah bertanya,” Apa yang dapat menjadi obat bagimu?” Tsa’labah menjawab,”Ampunan dari Rabb-ku.”

Maka Jibril datang dan berkata,”Wahai Muhammad! Sesungguhnya Rabb-mu ini menyampaikan salam kepadamu dan mengatakan,”Jika hamba-Ku yang ini menemuiku dengan gundukan tanah dari kesalahan, maka Aku akan menemuinya dengan gundukan tanah dari ampunan.”
Saat diberitahu Nabi hal itu, Tsa’labah berteriak dengan teriakan yang luar biasa yang mengantarkannya pada kematian. Karena “kepopuleran” Tsa’labah, banyak malaikat yang turun ketika jenazahnya dishalati.

Sahabat, ada dua pelajaran penting yang dapat kita ambil dari cerita Tsa’labah. Pertama, sebagai seorang Mukmin, kita mesti memiliki sensitivitas atas segala amal perbuatan kita, apakah termasuk kategori berpaha atau berdosa.

Kedua, kita pasti pernah melakukan salah dan dosa, maka kita harus membiasakan diri segera melakukan taubatan nasuha dan menyadari bahwa ampunan Allah begitu luas. Semoga kita termasuk orang yang memiliki sensitivitas terhadap dosa dan gemar bertobat.

#Taken from Majalah Ummi edisi Desember 2011