Just be yourself

Jadilah dirimu sendiri, sebaik-baiknya DIRIMU!!

Rabu, 27 Februari 2013

Stop Su'udzon!!!

Bismillah..

Su’udzon itu menyiksa diri sendiri

Sumber :klik disini

Pernah ngga kita berprasangka buruk sama seseorang yang baru kita kenal dan ternyata dia membalasnya dengan berbuat baik sama kita?
Yah,, saya akui saya pernah mengalaminya bahkan sampai 2 kali.. 

Biasanya dengan orang yang baru kita kenal, kita sering berpikiran macam-macam tentang orang itu, tentang bagaimana sikapnya, enak diajak berteman atau tidak dan segala hal tentang dia.

Suatu waktu, saya sempat su’udzon dengan orang yang baru saya kenal, karena dia melakukan suatu hal yang menurut saya hal itu tidak perlu dilakukan (astaghfirullah.. lagi-lagi saya pakai ‘kacamata’ manusia). Jadi saya menyimpulkan (kesimpulan yang sesat) ,“Wah.. pasti orangnya kaya gitu, pasti begini” (dan hal-hal jelek lain yang berkeliaran di kepala saya waktu itu).

Tidak begitu lama kami mulai kenal, tidak terlalu akrab memang tapi membuat saya sadar.. Ya Allah DIA BAIKKKK BANGETTT.., dia pernah menanyakan kondisi saya yang waktu itu sedang sakit “kabarmu gimana? Udah baikan? Kayanya masih demam.”
Ya Allah.. hati ini jadi ‘sesak’, tiba-tiba merasa bersalah, pengen terjun ke jurang yang dalaaaam. Saya benar-benar malu, malu sama diri saya sendiri (orang yang sudah pernah 'tertarbiyah' tapi kelakuan seperti orang yang belum berilmu). Saat itu juga saya banyak-banyak istighfar.

Bisa-bisanya saya berpikiran negatif sama orang baik seperti itu,, Ya Allah maafkan hamba-Mu ini yang selalu su’udzon dengan orang lain.

Jangan pernah su’udzon,, nanti bakal menyiksa diri sendiri kalo ternyata orang itu malah lebih baik dari kita.

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hudzurot:12)



11:43am
:jauhkan diri dari segala macam penyakit hati:

Jumat, 22 Februari 2013

Revisi Mimpi

Bismillah...
 
Mungkin perlu sewaktu-waktu kita harus me-Revisi ulang mimpi kita. 

 Sumber : klik disini

Membaca ulang kembali mimpi-mimpi kita, mencoreti yang sudah terwujud dan memasukkan kembali list-list mimpi baru yang ingin kita capai, yang lebih realistis dan bermanfaat bagi orang banyak.

21 Februari 2013

Ada sesuatu hal yang membuat saya merevisi ulang mimpi-mimpi yang sudah saya tulis setahun sebelumnya. Suatu hal yang membuat saya sadar, mimpi saya masih banyak yang 'egois' masih mementingkan diri sendiri (walaupun tidak ada yang salah, kalau mimpi itu untuk kebaikan diri kita sendiri).
Saya tersadar mimpi saya selama ini belum mencerminkan cita-cita terbesar saya. 
Mimpi.. bagi saya sebagai jalan untuk meraih cita-cita terbesar kita, 
Mimpi bagaikan beberapa misi yang harus kita jalankan untuk meraih visi hidup kita. 
Kita tentunya harus mempunyai visi dalam hidup, jika belum punya tentukanlah sekarang!. 
Tidak ada visi dalam hidup, membuat kita seperti 'zombie' yang tidak bersemangat dalam menjalani hidup.

Hidup harus Hidup [Sinta Ridwan]
Kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekedar bekerja, kera juga bekerja [Buya Hamka]
Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu [Arai, Sang Pemimpi]
Bermimpilah dalam hidup, jangan hidup dalam mimpi [Sang Pemimpi]
Tanpa mimpi, orang seperti kita akan mati [Arai, Sang Pemimpi]


Selamat ber-Mimpi!!



12:55pm
22.02.13

 

Selasa, 12 Februari 2013

Dear Bapak...

sumber : klik disini


Dear Bapak..
Maafkan putrimu ini yang masih membuatmu bekerja di umurmu yang sudah senja
Maafkan putrimu ini jika belum bisa membuatmu bahagia

Pak..
aku sama sepertimu, tidak bisa mengungkapkan rasa sayang secara terang-terangan
kita hanya banyak berdiam ketika bertemu
tapi aku yakin dalam diammu, kau begitu menyayangiku
begitupun aku, 
dalam diamku aku begitu menyayangimu..

Doaku untuk kebaikanmu selalu pak..



01:27pm
:putrimu yg (baru) beranjak dewasa:

Jumat, 08 Februari 2013

Dialog Dua Hati

Sebagian dialog ini saya ambil dari cerita bersambung yang ada di Tumblr judulnya "Sandal yang sebelah" karya Ana M. Rufisa. Cerita ini belum selesai, kalau ingin membaca silakan klik disini

Cerita ini menggunakan sudut pandang orang pertama dari dua orang tokoh (Adisti dan Fahrobbi), dan dialog dibawah ini merupakan suara hati dari kedua tokoh yang diam-diam saling mengagumi dan (mungkin!) mencintai.

Fahrobbi : 
Adakah hal lain yang lebih dekat dari kematian? Mencintamu hampir membuatku mati. Mati dari hal-hal lain yang memang tak perlu dibanggakan dari hidup ini selain-Nya. Aku banyak belajar darimu, bahkan dari caramu berdiam. Ini adalah tahun yang memang tak perlu lagi aku mencari yang lebih baik, karena di hatiku sudah Tuhan titipkan namamu, dalam doa-doa, tentu saja dalam doa yang baik. Kau tidak perlu tahu, kau hanya butuh menunggu. Aku akan bilang kepada ibumu, juga bapakmu, “Sandal saya yang sebelah sudah saya temukan, bolehkah saya membawanya pulang?”

Adisti : 
Pulang katamu? Siapa yang kau tuju sebenarnya? Aku atau semua perlengkapan yang ada padaku? Parasku hanyalah perlengkapan, dan itu bisa kau temukan di mana saja kau mau. Tapi jika hatiku yang menjadi tujuan, itu sulit, terlalu sulit. Kau harus banyak bersabar. Kau harus siap-siap berkorban. Apa yang bisa kau korbankan untuk membawa pulang sandalmu yang sebelah ini? Hati akan terbayar oleh hati. Dan sampai saat ini aku masih melihat hati yang ragu. Entah ragu dalam hatimu, atau ragu dalam hatiku. Kita memang terlihat saling meragu.

Fahrobbi : 
Ragu… aku ragu? Itu karena kau terlalu sempurna, setidaknya di mataku. Tidak banyak yang bisa aku korbankan… Itu karena aku tidak pernah tahu sebelumnya bahwa kamulah orangnya, jika aku sudah tahu sejak dulu, aku pasti akan mempersiapkan segalanya lebih awal. 
Kalau hanya sekadar iman, aku punya itu, walau sudah banyak debu yang menutupinya. Tapi masih bisa aku bersihkan, akan kurendam di dalam air paling panas, agar semua noda hilang tanpa bekas.

Adisti : 
Bukan sekadar iman. Kalau iman, semua laki-laki pasti menyimpan itu. Yang belum kau simpan dalam dirimu adalah mencintaiku karena iman, bukan karena nafsu yang terselubung iman. Aku harap kau paham.

Fahrobbi : 
cintaku ini belum juga atas nama iman? Lalu Tuhan yang selalu mengalir dalam darahku, apa itu belum cukup untuk dikatakan iman? Iman menurutmu nampaknya sulit aku definisikan. Tapi bukan berarti aku berhenti sampai di sini. Akan kucari definisi iman itu sampai dapat…

Adisti :
Iman memang sudah ada sejak kau masih menjadi setetes air. Namun, jangan kauartikan. Kau hanya perlu mem… mem…fungsikannya dengan benar. Ah, aku bicara ini, padahal aku juga belum tahu apakah iman di dalam diriku ini sudah benar atau belum. Aku bicara ini sebenarnya agar kau tahu, bahwa aku butuh imam yang akan membimbingku pada iman yang sebenar-benar!
 
Fahrobbi :
Kita bisa memfungsikan itu bersama. Maksudku berdua. Ah, maksudku bertiga, berlima, atau sebanyak apapun anak yang Tuhan titipkan kepada kita… Apakah kau masih ragu padaku?

Adisti :
Iya, aku masih ragu. Meragukan niatmu. 

Fahrobbi
Mari bershalat. Tuhan akan memberikan kita penjelasan, setidaknya ketenangan. 

Adisti :
Setelah itu, kuatkan niatmu. Aku datang dari niat. Aku pun pergi dengan niat. Kau belum sepenuhnya berniat. Yang aku tahu, kau masih di batas harap. Niat bagai membelah laut dengan tongkat. Niatmu belum sekuat Musa. 
Ya Allah… kenapa harus orang ini lagi? Aku sudah berusaha untuk menghindar… Tolong aku! Aku tidak ingin jatuh hati! Aku takut Kau cemburu! Matanya, bola matanya cokelat seperti ayahku. Kenapa dia tidak pakai kacamatanya saja! Ya Allah… 

Fahrobbi :
Dua hari yang lalu, aku melihatnya sedang mengantri di bank yang sama denganku. Aku pura-pura tidak melihatnya… Pura-pura itu rasanya menyakitkan..