Sumber : klik disini
Gadis
kecil itu baru berumur 9 tahun tapi ia sudah dihadapkan dengan kehilangan.
Kakak laki-laki dari gadis kecil itu
pergi disaat ia baru merasakan kedekatannya sebagai adik.
Ia
hanya ingat seminggu sebelum kakak laki-lakinya sakit, mereka berdua nonton tv
bersama dan kebetulan yang ditonton cerita komedi. Pada hari itu, gadis kecil dan
sang kakak tertawa bersama-sama.
Setelah
itu, keadaan cepat sekali berubah tiba-tiba saja kakak laki-lakinya itu demam
tinggi dan harus dirawat di rumah sakit. Tepat di hari ke-7 sang kakak ada di
rumah sakit, malam itu di rumah si gadis kecil, dia tidak bisa tertidur entah
kenapa dia sangat gelisah. Tiba-tiba ada
yang masuk ke dalam kamarnya dan membisikkan sesuatu, “ Kakak mu sudah pergi,
sudah diambil sama Allah.” Gadis kecil
itu masih belum mengerti apa maksud perkataan orang itu.
Esoknya
orang-orang makin ramai berdatangan ke rumah si gadis kecil. Dia hanya diam,
bingung dengan apa yang terjadi.
Keranda
itu datang, dia melihat orang-orang menurunkan tubuh kakaknya di atas kasur
yang sedari pagi sudah diletakkan di ruang tamu.
Gadis
kecil itu baru sadar (dengan kesadaraan seorang anak kecil yang berumur 9 tahun
dan belum tau apa arti dari kehilangan) bahwa sang kakak sudah meninggal, untuk
terakhir kalinya gadis kecil itu melihat wajah sang kakak, wajahnya yang begitu
teduh.
Gadis
kecil itu hanya bisa menangis di sudut
rumah ketika orang-orang membawa keranda (didalamnya ada sang kakak yang sedang
terbaring) itu menjauh dari rumahnya.
Beberapa
hari kemudian, gadis kecil itu melanjutkan kehidupannya seperti biasa. Bermain,
belajar di sekolah hingga lupa apa yang pernah terjadi pada kakaknya meskipun
ia masih mengingatnya sedikit. Hanya ingat sebentar lalu dilupakan.
Hingga
waktu berjalan sangat-sangat cepat, gadis kecil itu sudah beranjak remaja.
Seiring dengan pemahamannya yang sudah bertambah tentang kehidupan yang
dijalaninya, gadis kecil itu mencoba merangkaikan kejadian-kejadian masa
lalunya. Tepat ketika ia mengingat kembali perginya sang kakak, ketika itu juga
dia tersadar, bukan dengan kesadaran anak kecil berumur 9 tahun tapi dengan
kesadaran seorang adik yang kehilangan sosok sang kakak. Dia menangis,..
meminta kejelasan kepada TuhanNya, kenapa ia baru merasakan kehilangan setelah
bertahun-tahun sang kakak pergi.
Sungguh,
ini sangat menyakitkkan bagi si gadis kecil (yang sudah beranjak remaja) itu.
Rasa
kehilangan yang terlambat,, membuat ia berusaha keras untuk terus menghidupkan
sang Kakak di hatinya sebelum ia lupa dengan kenangan-kenangan mereka (yang
sangat sedikit).
Rasa
kehilangan yang terlambat.. membuat ia terus memohon kepada TuhanNya agar ia
dipertemukan dengan sang kakak suatu
hari nanti di surgaNya.
Rasa
kehilangan yang terlambat.. membuat ia terus berusaha mengingat wajah sang
kakak, tidak peduli ingatan-ingatan itu
semakin mengabur.
-Tere Liye, novel 'Rembulan Tenggelam Di Wajahmu'-Apapun bentuk kehilangan itu, ketahuilah, cara terbaik untuk memahaminya adalah selalu dari sisi yang pergi. Bukan dari sisi yang ditinggalkan.
12.10.12
12:57pm